Nagari Sariak merupakan bekas kawasan pemukiman Belanda. Dengan begitu tidak heran jika terdapat banyaknya perumahan yang memiliki aristektur bergaya kolonial. Keberadaan Belanda di Nagari Sariak memiliki lokasi yang cukup strategis dengan uadara yang sejuk di daerah ketinggian, yang sangat cocok untuk mendirikan tempat pemukiman engan hamparan pemandangan pegunungan yang indah.
Besarnya
pengaruh Belanda tentunya juga ikut berperan kepada peninggalannya yang
kemudian memiliki nilai-nilai yang harus dipertahankan sebagai bukti sejarah di
masa lalu. Interaksi orang-orang di Nagari Sariak dengan orang Belanda juga ada
pengaruhnya terhadap gaya arsitektur di Nagari sariak. Bangunan yang berada di
Nagari Sariak ini memiliki keunikan yang didepan rumahnya terdapat tahun
pendirian rumah dan juga adanya tahun perbaikan dari rumah.
Gambar 20.
Beberapa rumah dengan arsitektu kolonial
Sumber :
kebudayaan.kemdikbud.go.id
Berdasarkan hasil pendataan cagar budaya di Kecamatan
Sungai Pua yaitu di Nagari Sariak diperoleh sekitar 49 bangunan dengan
arsitektur kolonial. Bangunan tersebut tersebar di beberapa jorong yang ada di
Nagari Sariak dimulai dari jorong Tabek Sariak, jorong Pasa Kubang, jorong
Baruah Mudiak, jorong Dadok dan jorong Pandam. Rata-rata pembangunan rumah
dengan arsitektur kolonial antara rentang tahun 1920-1935.
Selain
sebagai wujud kebudayaan, bangunan rumah dengan arsitektur kolonial ini juga
telah menjadi bukti proses akulturasi kebudayaansetempat dengan kebudayaan
Belanda. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah dan material yang digunakan
yaitu kapur sebagai semen untuk perekat. Dengan adanya campuran model
arsitektur Belanda di Nagari Sariak setidaknya membuat masyarakat mengenal
kontruksi bangunan yang lebih kokoh.
Gambar 21. Salah
satu bangunan dengan arsitektur kolonial
Sumber :
Koleksi Pribadi
Bangunan
dengan arsitektur kolonial ini masih kokoh berdiri hingga sekarang. beberapa
bangunan juga sudah dilakukan pemugaran yang mungkin disebabkan oleh kerusakan.
Pada gambar 21 diatas merupakan rumuah arsitektur kolonial yang dibangun pada
tahun 1927. Papat kita lihat bagaimana gabungan arsitektur kolonial dan
minangkabau, dimana pada rumah diatas terdapat 2 rangkiang di depan rumah
tersebut. Rangkiang oleh masyarakat Minangkabau berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan padi dan beras. Namun rumah ini sekarang tidak ada yang menempati,
tetapi rumah ini masih dalam keadaan terawat karena ada yang menjaganya.
Gambar 22. Rumah
arsitektur kolonial yang terbakar
Sumber :
Koleksi Pribadi
Tidak sama dengan kondisi rumah sebelumnya, rumah pada
Gambar 22 terlihat dengan kondisi menyedihkan. Berdasarkan informasi yang
didapat rumah dengan usia 100 tahun ini hangus dilahap oleh api. Diperkirakan
ini disebabkan oleh konslet kabel yang terjadi.
Gambar 23. Rumah
Kolonial yang sudah tida terawat
Sumber :
Koleksi Pribadi
Pada Gambar 23 memperlihatkan kondisi rumah kolonial
yang sudah tidak terawat. Rumah diatas tidak terawat disebabkan oleh tidak
adanya yang menempati rumah tersebut. Sangat disayangkan rumah yang berusia
bertahun-tahun itu memiliki kondisi yang menyedihkan sekarang. Dapat dilihat
bagaimana loteng-loteng rumah tersebut mulai hancur, serta dinding yang sudah
ditutupi oleh lumut.
Gambar 24. Rumah
arsitektur kolonial yang ada di jorong Pandam
Sumber :
Koleksi Pribadi







