Masjid Syuhada Nagari Sariak
Masjid Syuhada Nagari Sariak, Salah Satu Masjid Tertua di Kabupaten Agam
Gambar 14. Mesjid
Syuhada di Nagari Sariak
Sumber :
Koleksi Pribadi
Masjid
syuhada juga merupakan salah satu mesjid tua yang ada di Nagari Sariak. Masjid
syuhada memiliki keunikan dalam wujud arsitekturnya yang tidak seperti
masjid-masjid pada umumnya. Salah satu hal paling menarik untuk dibicarakan adalah
mengenai arsitektur Masjid Syuhada. Seperti gaya bangunan kolonial lainnya,
masjid ini memiliki tembok yang tebal dengan tiang-tiang tinggi dan besar, dan
juga kental dengan pintu dan jendela besar yang memberikan kenyamanan alami
hingga tidak diperlukan dukungan alat pendingin ruangan atau AC.
Keunikan
arsitektur masjid juga terlihat dari bentuk menara yang berbentuk persegi dan
tidak terlalu tinggi. Di bawah menara terdapat lorong sempit yang hanya bisa
dilalui oleh satu orang saja. Denah masjid berbentuk persegi, dengan kolam yang
terletak disebelahnya. Kubah masjid berbentuk bulat dengan bagian bawah yang
berbentuk persegi delapan dan juga terdapat relief yang menghiasi dinding
masjid.
Masjid
Syuhada diperkirakan dibangun pada tahun 1800 Masehi. Wajar saja mesjid ini
masuk ke dalam daftar masjid tua di Sumatera Barat. Dengan adanya masjid ini
akan menjadi bangunan penting karena merupakan peninggalan bersejarah yang ada
di Nagari Sariak.
Informasi
mengenai masjid ini juga dapat kita temuikan pada buku “Masjid dan Makam Doenia
Islam” cetakan Balai Poestaka-Weltevreden tahun 1926. Berikut penjelasan
singkat mengenai mesjid syuhada di buku itu :
“Inilah seboeah lagi masdjid jang didirikan
menoeroet matjam baroe. Masdjid Sarik ini boekan boeatannja sadja jang bagoes,
tetapi letaknja djoega, disisi mata air jang besar, dilereng goenoeng Merapi,
berpemandangan bagoes kekai goenoeng Singgalang dan ke Fort de Kock. Menanja
jang tjantik itoe soedah roboh tatkala gempa boemi jang terdjadi dengan takdir
Toehan di Soematera Barat pada Boelan Juni 1926.”
Dalam
sejarah berdirinya masjid ini disebutkan bahwa orang-orang yang berasal dari
Pagaruyung di Batusangkar Tanah melakukan perjalanan ke Sariak. Mereka yang
datang ingin memperluas wilayah dan menyebarkan ajaran Islam. Mereka yang
melakukan perjalanan dari Pagariyung datang berkelompok dengan Niniak Mamak
Datuak tumangguang dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Sesampainya di daerah
Sariak yang berdekatan dengan mata air, kemudian mereka menetap di dekat batang
sariak. Dahulu di daerah Sariak banyak ditumbuhi oleh tumbuhan sariak, tubuhan
ini bentuknya seperti bambu dan memiliki duri halus atau minag pada batangnya.
Mereka
yang melakukan perjalanan ini tubuhnya banyak terkena miang dari batang sariak
yang menyebabkan gatal-gatal di badan. Lalu mereka pergi ke mata air untuk
membersihkan badan yang terkena miang dari batang sariak. Mata air tersebut
yang masih ada hingga sekarang dikenal sebagai tabek sariak.
Tidak
lama setelahnya dibangunlah sebuah masjid yaitu Masjid Syuhada dengan hasil
gotong royong masyarakat yang ada di Nagari Sariak. Masjid Syuhada dibangun
tepat di samping Tabek Sariak. Masjid ini tentunya difungsikan sebagai tempat
ibadah masyarakat sariak dan juga menjadi tempat pembelajaran agama bagi
anak-anak dan remaja yang ada di sana.
Pendapat
lainnya juga mengatakan bahwa masjid ini dibangun oleh Inyiak Imam (H.
Sulaiman) dan Inyiak Pasia (H Rasyad ) sebagai arsitek, dan juga dibantu oleh 4 orang lainnya yang berasal dari suku sikumbang di Nagari Sariak.
Mereka itu Di bawah Payung nan sakaki tonggak nan sabatang Dt Palindih .
Gambar 15. Mesjid
Syuhada beberapa kali melakukan perbaikan
Sumber :
Arasynews.com
Pembangunan
Masjid Syuhada pada awalnya hanya terbuat dari papan, kayu dan mesjid ini masih
beratapkan ijuk dengan tumpang tiga. Kemudian setelahnya berganti dengan batu.
Ini terjadi karena Masjid Syuhada sudah beberapa kali sudah melakukan
perbaikan. Bahan untuk pembuatan masjid ini juga dilakukan secara sederhana
yaitu dengan menggunakan kapur sirih yang dicampur dengan bahan pasir sebagai
bahan perekatnya.
Seperempat
abad setelah berdirinya masjid, yakni pada tahun 1926 gempa bumi vulkanik
dengan kekuatan 6,5 SR, yang terkenal dengan gempa Padang Panjang, menggetarkan
seluruh bangunan di sekitar Gunung Merapi. Ajaibnya, bangunan masjid tersebut
tidak mengalami kerusakan, kecuali menara masjid yang mirip dengan menara
masjid Kudus yang roboh sebagaian. Pada sisa bangunan menara, dibangun saja
kuncup atap seperti sebelumnya, sehingga tinggi menara tidak lagi setinggi
seperti yang pertama dibuat. Kubah baru tanpa menggunakan pipa besi untuk
penyangganya dengan bentuk yang sewajarnya. Untuk perekat tembok juga masih
menggunakan kapur sirih. Masjid lama berasitektur asli dengan bentuk atap
punden berundak.
Pada
gambar 15 diatas dapat dilihat bagaimana perubahan bentuk masjid syuhada dari
masa ke masa. Masjid Syuhada Sariak sekarang sudah terlihat lebih modern.
Perubahan masjid ini karena banyak bahan-bahan pada bangunan masjid yang lapuk
dimakan usia dan akibat bencana alam yang mengharuskan masjid ini untuk
diperbaharui.


0 comments:
Posting Komentar