Peninggalan Lasuang di Sariak
Selain menhir, di nagari ini juga terdapat beberapa batu lasuang dengan ukuran yang besar dan terlihat kokoh. Batu Lasuang juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan dan aktivitas masyarakat urang saisuak (dalam seseorang yang sudah tua dan sudah sangat lama sekali atau orang yang hidup pada zaman dahulu) di Nagari Sariak.
Pada zaman dahulu lasuang atau lesung mempunyai
konteks yang digunakan sebagai tempat untuk menumbuk padi. Untuk mengenang masa
dahulu, lasuang juga dipergunakan untuk bermain bersama dan juga lasuang
dijadikan tempat mendapatkan pengalaman hidup di masa yang akan datang. Seorang
ibu tidak hanya memberikan nasihat ketika ada di rumah saja, tapi anak
mendapatkan petuah-petuah ketika berada di lokasi lasuang.
Dalam kehidupan keluarga Minangkabau termasuk di
Nagari Sariak, lasuang tidak hanya berfungsi sebagai penumbuk berbagai bahan
kebutuhan tetapi juga digunakan sebagai alat komunikasi sosial antara satu
individu dengan individu lainnya. Disinilah baik secara sengaja atau tidak
sengaja, seorang ibu telah menanamkan nilai komunikasi kepada anak-anaknya.
Lasuang tidak hanya terbuat dari batu, namun lasuang juga
terbuat dari kayu. Adapun lasuang yang terbuat dari kayu, orang zaman dahulu
menamakannya dengan antan atau alu. Mengenai lasuang ini, sebenarnya lasuang
tidak hanya digunakan untuk menumbuk padi menjadi beras, namun dapat digunakan
untuk menumbuk beras menjadi tepung. Tepung yang dihasilkan dari olahan tumbukan langsung akan berbeda
rasanya dengan olahan yang digunakan dengan mesin.
Gambar 4. Lasuang Gadang di Sariak Ateh, Nagari Sariak
Sumber :
Koleksi Pribadi
Lasuang pada gambar di atas oleh masyarakat Sariak
lebih dikenal dengan sebutan lasuang gadang. Lasuang gadang berlokasi di Sariak
Ateh dan terletak di pinggir jalan. Penempatan dari lasuang gadang ini jika
diperhatikan menancap pada tanah, sehingga masyarakat beranggapan bahwa lasuang
ini cukup tinggi. Menurut informasi yang di dapat bahwa urang saisuak ketika
menggunakan lasuang ini harus naik menggunakan tangga karena cukup tinggi.
Masyakarat dahulu yang berada di Nagari Sariak
menggunakan lasuang gadang ini dengan sebaik mungkin. Tapi pada saat sekarang
ini perkembangan zaman yang berkembang dengan sangat pesat maka lasuang gadang
telah ditinggalkan dan tidak terawat lagi dapat dilihat dari gambar diatas
dalam penempatan lasuang sudah tidak layak lagi.
Pada saat ini lasuang gadang dalam kondisi yang tidak
terawat. Dikarenakan lasuang gadang ini telah tertutupi oleh semak belukar,
sehingga ketika mengunjungi lasuang tersebut para pengunjung tidak akan dapat
melihat lasuang itu dengan jelas. Untuk dapat melihatnya secara jelas
diharuskan untuk menebang atau membersihkan semak di sekitarnya.
Penempatan lasuang gadang yang strategis ini dapat
menjadi pusat peninggalan sejarah yang masih ada hingga saat ini. Posisi
penempatan dari lasuang gadang ini yang berada di pinggir jalan memudahkan
masyarakat Nagari Sariak atau masyarakat umum untuk melihat dikarenakan lasuang
gadang menjadi barang langka pada saat sekarang ini.
Gambar 5. Lasuang
jantan yang berlokasi
di Pasa
Kubang
Sumber :
Koleksi pribadi
Pada gambar 5 diatas lasuang ini dinamakan
dengan lasuang jantan. Lasuang ini terletak di jorong Pasa Kubang yang ada di
Nagari Sariak, untuk menemukan lasuang ini diharuskan untuk bertanya terlebih
dahulu kepada warga sekitar. Dapat dilihat kondisi lasuang jantan lebih bersih
dibandingkan lasuang gadang sebelumnya. Hal ini disebabkan
karena keberadaan lasuang jantan ini berada di belakang rumah salah seorang
warga maka dari itu, kebersihan dan keadaan lebih terawat. Adanya bunga dan
rumput yang mempercantik bentuk dari
lasuang jantan ini, menjadi penarik bagi orang yang ingin mengunjungi lasuang
jantan ini.
Untuk fungsi dari lasuang
jantan ini memiliki kesamaan dengan lasuang gadang, yang menjadi pembeda dari
lasuang jantan ini adalah luasnya. Panjang yang berkisar kurang lebih 1 Meter
dan juga lebar berkisar antara 50-60 cm. Tidak diketahui mengapa dinamakan
dengan lasuang jantan, ini diyakini bahwa urang saisuak yang menamakan seperti
itu dan terus berlanjut hingga ke generasi sekarang. Pemberian nama lasuang
jantan tentu memiliki makna tersendiri sehingga diberikan nama demikian, namun
tidak ada yang mengetahui alasan pasti alasan dibalik penamaan lasuang jantan
itu.
Gambar
6. Lasuang yang
berlokasi kantor walinagari di
Pasa Kubang
Sumber :
Koleksi pribadi
Lasuang
Gadang juga dapat kita temukan di depan kantor Wali Nagari Sariak. Lasuang ini
ditempatkan di dalam halaman Kantor Wali Nagari Sariak. Berbeda dengan lasuang gadang
sebelumnya, lasuang yang yang berada di kantor Wali Nagari ini lebih terawat
dan terjaga. Hal tersebut bisa disebabkan oleh letaknya yang berada di tempat
ramai sehingga lasuang tersebut lebih terawat.
Gambar 7. Lasuang Duo
Baleh atau Lasuang Bunian yang
berlokasi di Tabek Tanjuang
Sumber :
Koleksi pribadi
Pada gambar diatas merupakan penampakan lasuang duo
baleh atau lasuang bunian. lasuang ini dinamakan sebagai lasuang duo baleh
dikarenakan lubang yang terdapat pada lasuang ada sebanyak 12 lubang. Namun
beberapa masyarakat juga menyebutkan bahwa lasuang itu merupakan lasuang milik
orang bunian. Berangkat dari mitos di Minangkabau orang bunian adalah makhluk
yang memiliki alam tersendiri di dalam hutan sepi dan tidak dihuni oleh
manusia. Menurut KBBI, orang bunian adalah makhluk halus atau siluman yang
hidup di dalam hutan. Inilah yang menjadi ciri khas dan daya tariknya.
Beberapa masyarakat juga mengatakan bahwa lasuang ini
digunakan oleh orang bunian namun wujud mereka tidak pernah terlihat secara
langsung. Jika diperhatikan memang tidak wajar jika suatu batu lesung memiliki
lubang berjumlah 12, dan juga setiap lubang yang terdapat di lasuang duo baleh
atau lasuang bunian memiliki ukuran yang tidak sama dimulai dari yang besar dan
yang kecil. Tentu hal ini akan menarik rasa penasaran dibalik latar belakang
lesung ini bagi yang melihatnya.
Lausuang duo baleh atau lasuang bunian ini juga
letaknya berdekatan dengan mata air di tabek sariak. Berdasarkan gambar 7
diatas dapat dilihat jika kondisi lasuang sangat tidak terawat, bahkan beberapa
bagian lasuang sudah dibeton untuk aliran air yang menyebabkan lubang lainnya
yang ada pada lasuang tidak terlihat dengan jelas. Rumput-rumput dan lumut juga
ikut menutupi lasuang ini, sehingga untuk dapat melihat lubang dengan jelas
diharuskan untuk membersihkan rerumputan dan lumut yang terdapat di dalam
lubang lasuang.
Lasuang telah ditinggalkan dan nilai kehidupan yang
telah terbagun sebelumnya telah kehilangan konteksnya. Keberadaan lasuang yang
ada di Nagari Sariak ini telah ditelan
oleh masa, maka dari itu lasuang ini harus dibangkitkan lagi, salah satu
caranya dengan membuat informasi semenarik mungkin agar masyarakat tidak jenuh
dan bosan dalam melihatnya dan juga perlu penanaman pengetahuan mengenai
penunggalan sejarah ini kepada anak-anak yang akan menjadi penerus negeri ini
agar peninggalan sejarah yang ada di Nagari Sariak ini tidak punah dan hilang
begitu saja.




0 comments:
Posting Komentar